Mulai Menjual Artikel Yuk!

Akhirnya muncul niat untuk menjual artikel kedokteran yang selama ini saya tulis. Sejak dulu artikel-artikel tulisan saya hanya saya publikasikan di website personal saya. Ini berarti siapa saja dapat mengaksesnya secara gratis. Beberapa kali saya mengirimkan naskah artikel kedokteran ke beberapa surat kabar yang kemudian dimuat di koran. Puji Tuhan, uang saku bisa bertambah.

Percaya atau tidak, menulis itu memang membawa keuntungan. Banyak sekali. Dari segi ilmu sendiri, menulis justru mempertajam keilmuan si penulis. Ibarat mengasah pisau, ilmu pun terasah dengan menulis. Keuntungan lain tentu mendapatkan honor menulis. Mungkin dari ratusan artikel yang saya tulis, kalua tidak salah hanya sekitar 10-15 artikel saja yang berhasil menghasilkan honor.

Artikel ditolak itu wajar. Sebenarnya ini juga termasuk proses belajar. Dulunya saat saya mahasiswa, saya mengirim sekitar dua belas artikel ke surat kabar, dan hanya dua di antaranya yang dimuat. Tidak kecewa. Karena saya saat itu masih pemula. Saat ini, setiap kali saya mengirimkan, pasti selalu dimuat.

Sesuai dengan judul, kali ini saya ingin mencoba menjual artikel-artikel saya secara mandiri. Artikel yang akan saya tulis akan saya unggah ke play store (google book), sehingga saya tidak perlu susah memikirkan bagaimana cara mencairkan penghasilannya nanti.

Apakah akan laku? Kita tidak tahu. Tapi kita tidak boleh menurunkan standar kita. Selama kita yakin kemampuan kita berkualitas, tidak ada alasan untuk menghargainya.

Sekitar dua bulan yang lalu, laptop saya mati total karena tersiram air. Tidak bisa dihidupkan. Tombol on off juga tidak berfungsi. Akhirnya saya membawa laptop ke teknisi service laptop di suatu mall di Bandung. Untung tidak ada kerusakan. Hanya ada beberapa komponen yang basah di dalam mesin. Setelah dikeringkan dan diperiksa disana sini akhirnya laptop saya berhasil dihidupkan.

Saya dikenakan biaya sebesar 700 ribu untuk memperbaiki laptop saya. Saat saya tanya apa yang membuat harganya begitu mahal, si teknisi menjawab: “ilmunya yang mahal pak”. Saya sempat tidak habis piker. Saya sebagai dokter merasa ilmu kedokteran justru lebih mahal. Tetapi harga jasa dokter sekarang tidak lebih besar dari teknisi computer.

Nah, berangkat dari itu, saya akhirnya berani untuk memberi nilai dari artikel-artikel yang saya tulis. Artikel-artikel tersebut merupakan ilmu. Ilmu yang berdasarkan bukti dan ter-update. Tentu saya harus menyajikan artikel yang enak dibaca, dapat dipercaya dan informatif.

Harga pasaran artikel sebenarnya variatif. Tidak ada yang tentu. Ada harga sukarela dan ada harga jutaan. Di pasaran artikel dengan 200 hingga 300 kata dapat dihargai 5.000 rupiah,  ada pula artikel dengan 500 – 600 kata dihargai 30.000 rupiah. Harga artikel juga bergantung pada penulis. Beberapa penulis mungkin ada yang mematok harga yang mahal, sedangkan yang lain mungkin menjual artikel dengan harga yang relatif lebih terjangkau. Sangat bervariasi.

Artikel kedokteran haruslah mengikuti perkembangan zaman. Artikel yang out of date seharusnya tidak lebih mahal dengan artikel yang update. Dengan pertimbangan-pertimbangan ini, kita bisa menentukan harga artikel yang kita tulis.

Ada pandangan yang lain, kalau kita memang menghargai artikel kita seharusnya kita tidak perlu menjual atau memberikannya harga. Seharusnya free karena tidak ternilai. Hal tersebut hanyalah soal pandangan saja. Memberi harga sebuah artikel bukanlah suatu sikap yang tidak menghargai karya sendiri kok.

Melalui tulisan ini juga, saya ingin mengajak pembaca agar mau menulis lebih giat. Karena tidak ada yang merugikan dari menulis. Berikutnya, saya harapkan juga para teman pembaca untuk memulai menjual artikelnya juga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *