Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) atau Sindrom Ovarium Polikistik merupakan kondisi terganggunya fungsi ovarium dalam masa subur. Sindrom ini ditandai dengan adanya ketidakseimbangan keseimbangan hormon wanita, yaitu hormon estrogen dan hormon progesterone.
Bagaimana mengenali penyakit PCOS?
PCOS umumnya ditandai dengan:
– Oligomenora atau amenorea
– Tanda-tanda hyperandrogenisme seperti munculnya bulu-bulu wajah atau bulu di sekitar areola mamae, banyak jerawat, dan lain-lain.
– Melalui pemeriksaan usg abdomen, dijumpai banyak kantung folikel kecil di ovarium. Jumlahnya dapat lebih dari 12 kantung.
– Tidak mengalami ovulasi setiap bulannya. Rentang masa menstruasi yang masih dapat ditolerir sekitar 28 hari +/- 7 hari. Bila pemanjangan masa menstruasi maksimal adalah 35 hari, berarti wanita normal sekurangnya harus menstruasi 10 kali dalam setahun.
– Umumnya infertile atau tidak subur
Ada banyak kriteria diagnosis untuk menegakkan PCOS. Namun yang paling sering yang dipakai adalah kriteria diagnosis Rottterdam Consensus 2003:
1. Anovulasi atau oligoovulasi
2. Adanya tanda-tanda hyperandrogenisme
3. Polycystic ovaries (melalui usg, minimal 12 kantung)
Dua dari tiga kriteria di atas dapat mengkonfirmasi diagnosis PCOS.
Dari bentuk tubuh, perempuan dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu apple-shape dan pear shape. Perhatikan gambar di bawah ini
Wanita dengan bentuk tubuh apple-shape lebih berisiko menderita PCOS.
Apa pilihan terapi pada penderita PCOS?
Salah satu terapi farmakologis PCOS adalah clomiphene citrate. Obat ini merupakan first line therapy pada PCOS. Obat ini baik untuk penderita PCOS yang gemuk (BMI di atas 30) maupun kurus. Namun berdasarkan kebanyakan penelitian, efek pada penderita gemuk sering tidak berhasil. Jadi edukasinya adalah harus kurangi berat badan terlebih dahulu sebelum memulai terapi clomiphene citrate.
Clomiphene citrate dimulai dari menstruasi hari kedua. Jadi apabila belum menstruasi, maka menstruasi harus distimulasi terlebih dahulu.
Karena berat badan penderita sangat berperan dalam efektivitas tatalaksana, maka penurunan berat badan sangatlah harus anjurkan terutama penderita gemuk atau mereka yang memiliki BMI lebih dari 30.
Anjuran khusus atau diet untuk penderita PCOS?
Jumlah kalori yang dikonsumsi per harinya haruslah dihitung sehingga berat badan dapat dikontrol. Diet dapat dimulai dari 2000 kkal per hari dan perlahan dikurangi sebanyak 200-500 kkal per hari.
Kurangi konsumsi karbohidrat atau bila sulit upayakan untuk mengonsumsi karbohidrat yang kompleks seperti nasi merah ataupun gandum. Mengonsumsi karbohidrat sederhana seperti nasi putih maupun gula akan dapat meningkatkan lonjakan kadar gula darah. Hal ini dapat menyumbang risiko resistensi insulin.
Konsumsi protein tinggi dianjurkan terutama yang bersumber dari ikan. Daging merah boleh dikurangi. Sementara serat dipertahankan sebanyak 25 gram per hari.
Bagaimana tatalaksana PCOS pada layanan primer?
Layanan kesehatan primer berperan pada tingkat promotive dan preventif untuk penyakit PCOS. Pencegahan PCOS tetap lebih baik dibandingkan pengobatan.
Pencegahan PCOS dapat dimulai sejak remaja. Pasien-pasien remaja wanita yang datang ke layanan primer dapat discreening BMI nya. Pasien yang gemuk sebaiknya dimotivasi untuk mengurangi berat badan.
Pendeteksian dini PCOS dapat dikenali melalui pemeriksaan fisik. Gejala-gejala yang ada pada penderita PCOS cukup lah khas seperti tidak teraturnya menstruasi, ada banyaknya pertumbuhan bulu pada wajah maupun areola payudara dan sebagainya. Pemeriksaan usg mungkin terbatas pada layanan kesehatan primer. Tapi apabila ada, tentu akan lebih baik.
Penemuan gambaran acanthosis nigricans pada sekitar leher dapat menandakan adanya kemungkinan tanda resistensi insulin. Hal ini cukup khas. Sehingga dengan adanya tanda ini sebenarnya kita juga dapat memperbesar kecurigaan adanya risiko PCOS pada pasien.
Terapi tambahan untuk PCOS?
Motivasi pasien untuk meningkatkan level vitamin D-nya. Wanita PCOS sering kekurangan vitamin D yang dikaitkan dengan gangguan metabolisme termasuk resistensi insulin dan infertilitas. Wanita Indonesia memiliki level vitamin D yang rendah dibandingkan negara lain. Hal ini dikarenakan kurangnya pajanan sinar matahari pada kulit. Tetap motivasi pasien untuk meningkatkan pajanan sinar matahari pagi. Kurang lebih 5-10 menit per hari sudah cukup.
Apakah dengan suplementasi Vitamin D cukup?
Suplementasi vitamin D tidak lebih baik dibandingkan dengan paparan sinar matahari pagi. Penyerapan suplemen vitamin D yang tidak selalu efektif juga asupan yang tidak cukup. Satu kapsul vitamin D hanya sekitar 1000 IU sementara kebutuhan per harinya setidaknya harus 3000 IU. Pajanana matahari selama 5 menit per hari saja sudah cukup.
Tulisan ini diperbarui 23 Januari 2019